Quantcast
Channel: Keluarga Cahaya Emas
Viewing all articles
Browse latest Browse all 71

Ini Sungguhan, Aku Remedial

$
0
0
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Seseorang pernah berkata padaku, karena cinta kamu akan membiarkan seseorang salah paham padamu. Seberapa besar pun kekacauan pikiran yang terjadi, kamu akan bertahan dengan kondisi tersebut. Tak ada maksud berbohong apalagi menyakiti tapi kamu tak jua bisa menjelaskan apa yang terjadi. Karena menurutmu itu adalah cara terbaik untuk membuat orang yang kamu cintai tidak menderita lebih dalam.

***

Tak kusangka ini kali kedua aku mengalami ruam rasa seperti ini. Sigh, benar-benar menyesakkan dada lagi menguras air mata. Parah, pikiranku buntu. Belum lagi, jari-jemari yang kaku, tidak mampu menyampaikan maksud hati dengan benar. Jadilah sebuah benang kusut yang ruwet dari invensi pemikiran yang ditunggangi emosi labil.

Perih. Distorsi. Ilusi.

Yaa Allah Yaa Rabbi... aku sangat sadar, aku ini begitu beruntung, bak mendapat cahaya di atas cahaya. Skenario langit yang paling kusukai; dicintai utuh, menyeluruh dan sepenuh hati. Ya benar, aku memiliki orang yang sangat mencintaiku karena-Mu. Kehadirannya mengingatkanku pada cahaya-Mu. Membuatku mampu mengisi hari dengan memperbaiki diri dan mengingat mati. Subhanallah, itulah guna seorang saudari.

Anehnya, kadang aku merasa seperti memakan buah si malakama. Maksudku, kadang aku merasa seperti menghadapi keadaan yang serba salah. Keadaan itu muncul ketika kurasakan ukuran cinta yang diberikan padaku terlalu besar -overload- melebihi batas kapasitasku sebagai si penerima cinta.

kemilau cahaya cinta

Well for your information, jauh di lubuk hati, aku tahu, aku mengerti, aku memaknai haditsnya. Tersebutlah dalam periwayatan Imam Bukhari, Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda, “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.”

Aku sadar, kesempurnaan iman seseorang teruji oleh ikatan hati yang berurat akar. Istilah kerennya, ukhuwah islamiyah, ikatan persaudaraan karena Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka tidak jarang, banyak hati yang begitu berlomba-lomba memuliakan saudarinya.

Nah di sinilah malakama muncul; ketika cinta tidak memenuhi syarat kesetimbangan. Maksudnya prasyarat? Iya sih, tidak ada prasyarat atau kualifikasi tertentu dalam menilai sebuah ukhuwah islamiyah, tapi beneran deh, gampang banget buat menyadari kalau ternyata cintanya berat sebelah. Umm... kondisi dimana kamu menerima terlalu banyak, sedang pemberianmu tidak ada apa-apanya.

Faktanya, bagaimanapun dekatnya ukhuwah itu, akan selalu ada hal-hal yang masih tetap tersembunyi. Ada hal-hal yang tetap tidak bisa kamu ceritakan padanya. Ada hal-hal yang kamu ingin dia mengerti sendiri, tanpa kamu harus menjelaskannya. Ada hal-hal yang kamu rela dia salah paham padamu, mengumumkan rasa kecewanya padamu, bahkan tidak mengapa bila dia sampai membencimu.

Karena menurutmu itu adalah cara terbaik untuk membuatnya tidak menderita lebih dalam. Karena menurutmu itu adalah cara terbaik untuk menyatakan cintamu padanya. Bodoh nian si pola pikir, maksud hati hendak mencintai, apa daya tangan melukai.

Ironis ya, secara harfiah, pengennya sih orang yang paling dekat denganmu alias paling mencintaimu adalah orang yang paling mengerti dirimu. Sayangnya, fakta di lapangan mengikrarkan bahwa orang yang paling dekat denganmu adalah orang yang paling mudah menyakitimu. Toh buktinya, hanya semudah membalikkan telapak tangan untuk berlaku gamblang di hadapan saudari sendiri ketimbang di hadapan orang asing.

Jujur saja, aku masih gagu dari ujian Allah yang satu ini. Di episode kehidupan yang lalu, aku telah mengalami guratan rasa yang menyedihkan itu dan (kupikir) aku telah menyelesaikannya dengan baik. Nyatanya, saat ini aku mengalaminya lagi. Lagi! Yaa Allah... ini sungguhan, aku remedial. Hiks, aku belum lulus.

Yaa Allah... maka nikmat Tuhanku yang manalagi yang aku dustakan? Astaghfirullah, ampuni segala kekacauan hati hamba, Wahai Rabb Yang Maha Membolak-Balikkan Hati.

Aku tidak bisa berjanji akan mendapatkan nilai bagus kali ini. Aku juga tidak bisa berakad akan mengurai benang kusut yang memusingkan ini. Namun hey, kabar baiknya adalah aku bisa memberikan satu hal; aku akan siap siaga untuk tetap tersenyum pada dunia.


Makassar, Ukhtayya, ana uhibbukifillah...
Untuk dan hanya untuk saudariku yang selalu tersudutkan
Tertanggal 28 Agustus 2013 Miladiyah / 21 Syawal 1434 Hijriyah


Viewing all articles
Browse latest Browse all 71